Langsung ke konten utama

Afrizal Malna: meteran 2/3 jakarta

Afrizal Malna meteran 2/3 jakarta jakarta telah pergi dengan sebuah becak pagi itu. jadi nama sebuah hari dalam seminggu. hari itu. tahun 1957 dalam bilangan 2/3. sebuah hari. sesuatu hari. seorang hari. melihat seorang pagi berjalan, datang, dengan sisa mimpi dari kipas angin bekas. melangkah dari atas dan bawah. menyebar sebelum ke kiri. mengetuk pintu sebelum pemadam kebakaran memadamkan kata api. punggung siapa terlihat dari belakang? kota itu, jakarta, membawaku ke mana- mana di tempat yang sama. kadang seperti sungai. kadang seperti banjir. kerumunan angka yang terus berubah dalam batasnya. kail mengenakan sungai sebagai topengnya, antara makanan dan kematian: riak dan mulut ikan mujair menghirup oksigen, lipatan air dan suara setelah kail menyeret mulutnya. sebuah kampung dengan gang- gang sempit, menawarkan belok dan buntu dalam jual-beli impian. seseorang dengan suara dalam bau kretek, berusaha menjemur bayangan ibunya. ”ceritakan pada seseorang yang suda

Malam oleh Avianti Armand


Malam

– untuk Ibu

Seperti ini aku akan mengingat malam:

Ayahku terbang setelah gelap
dengan deru besi seperti derap
dan ia belum akan pulang
sampai aku pergi nanti.

Kata ibuku:
Kehilangan adalah jarak
yang terlalu jauh.
__

Adikku takut pada bayangannya, maka kami meninggalkannya
di luar.

Tapi menjelang tidur, bayangan itu kesepian
dan meraih jendela –

Tok. Tok. Tok.

Di bawah selimut, kami bersembunyi.
”Apa dia akan mengambilku?” tanya adikku.

Tok. Tok. Tok.

”Tidak.”

”Apakah ia akan menciumku?”

Tok. Tok. Tok.

”Ia akan menciummu.”
__

Tidur, ibu.

Malam sudah menyimpan yang ingin
kita lupakan. Juga rahasia
yang melahirkan kita.

21:17
13.12.2016



Gravitasi

Hari ini kita akan berjalan dan menjelma gema
badai pasir –

Seorang lelaki menyentuhkan ujung jarinya
ke tanah yang memanggil namanya dan mengingatkan ia
tentang asal dan takdirnya. Sesudah itu,
ia akan tinggal.

Tapi kita akan terus berjalan.

16:29
10.03.2017



Gadis Kecil dan Paus Bertanduk

– untuk Pita

Di batas laut yang selalu pergi, gadis kecil dan paus bertanduk itu diam mengapung. Sulit mengucapkan selamat tinggal.

Seperti pendulum bulan mengayun pelan di atas air,
hingga pagi membasuh semua jadi biru dan gadis itu
tahu:

pelan ia matikan lampu dan memasukkan
paus bertanduk itu ke dalam tas sekolah.

00:14
12.12.2016



Pergi Berkemah

Syahadat Para Pekemah:

Orang dewasa mengirim kami pergi berkemah agar selamanya kami kembali mencicipi darah kami sendiri.


Yang Harus Dipersiapkan:

– buku panduan
– kompas
– pita merah muda
– burung hantu
– tenda
– hutan
– senter
– pisau lipat
– orang-orang suci, siapa pun
– plester luka
– padang rumput
– remah roti
– lencana-lencana penghargaan
– sidik jari
– sungai
– sebongkah batu besar
– kayu bakar
– ursa mayor, ursa minor
– lagu pengantar tidur


Jika Tersesat:

Seperti Hansel dan Gretel, taburkanlah remah roti di sepanjang jalan agar gagak-gagak yang mengikutimu mematukinya, bukan ubun- ubunmu. Kalungkan rubah pada lehermu, cerpelai di lenganmu,
untuk mengusir hantu-hantu hutan yang mengincar lencana-
lencanamu. Berdoalah sebelum mendirikan kemah agar orang-orang suci menjagamu dari godaan gelak tawa (kamu akan mati jika tak kuat menahan tawa) yang sering tiba-tiba datang. Entah dari mana.

Tapi jika malam tiba dan kamu melihat cahaya dari sebuah lubang di dalam tanah, mendekatlah. Ulurkan tanganmu, dan katakan,
”Ibu, aku pulang.”


Jika Jatuh ke Sungai:

Seharusnya kamu tidak lupa mengikatkan pita merah muda ke kaki burung hantu agar jika jatuh ke sungai burung itu bisa
menyelamatkanmu.

Tapi jika lupa, lakukan dua hal ini: nyanyikanlah lagu pengantar
tidur, lalu matilah dengan tenang.


Jika Terbawa Puting Beliung:

Gadis kecil dan puting beliung bukan padanan yang pas. Tapi jika suatu ketika hal itu terjadi di depan matamu, perhatikan beberapa hal penting ini:

– apakah kaus kakinya berwarna merah?
– apakah tangannya terulur seperti hendak menangkap kupu-kupu?
– apakah ujung jarinya terluka?
– di pinggangnya, terikat senter, pisau lipat, atau boneka kardus?

Duduklah di atas batu dan buat catatan dari hal-hal di atas.

Ketika puting beliung menggulungnya (seperti ibu mengaduk adonan roti) makin lama makin tinggi, hingga gadis kecil itu tinggal sebuah titik di antara gerumbul awan hitam, lambaikan tanganmu, dan ucapkan,
”Jadilah anak yang berguna.”


Jika Bertemu Beruang:

Beruang menginginkan isi perutmu. Larilah menyelamatkan diri ke utara dengan ursa mayor atau ursa minor.

Tapi jika tak bisa lari cepat, ingat baik-baik bahwa:
panjang usus dua belas jari bukanlah dua belas jari.

– dari ”Owl Scout: Lost in Wood”, Todd Baxter

01:11
09.04.2017


Buku Alamat

Di Rue des Martyrs, ia menemukan buku alamat itu tergeletak di bawah tiang lampu – sedikit basah, sedikit koyak. Di dalamnya abjad dan orang-orang berbaris teratur:

A – Astronot-astronot yang lupa cara tersenyum.
B – Berandal-berandal yang baru belajar berbohong.
C – Calon pengantin yang urung menikah ketika hujan meteor.
D – para Dermawan yang biasa membagikan nasihat gratis di gereja.
Dan seterusnya. Dan seterusnya.

Alamatnya? Pertanyaan lucu.

Mereka tinggal dalam buku itu.

– dari ”The Address Book”, Sophie Calle

01:06
30.12.2016


Perpustakaan

Di kartu anggota hanya ada kolom:
– judul buku
– tanggal pinjam
– tanggal kembali

Aku harus segera menemukan buku yang membuatku hilang.

14:22
24.10.2016


Daftar Warna di Sekitar Kita
(dalam urutan abjad)

Warna Air
Warna Angin
Warna Asap
Warna Batas
Warna Buih
Warna Bulan
Warna Celah
Warna Cinta
Warna Daun
Warna Debu
Warna Desir
Warna Endapan
Warna Esok
Warna Fatamorgana
Warna Gurun
Warna Hari
Warna Hati
Warna Hujan
Warna Iman
Warna Jelaga
Warna Jurang
Warna Kaki
Warna Kayu
Warna Laut
Warna Lebam
Warna Luka
Warna Lumut
Warna Malam
Warna Muka
Warna Obat
Warna Padang
Warna Pagi
Warna Pelangi
Warna Pohon
Warna Racun
Warna Rasa
Warna Ruang
Warna Sabana
Warna Sayap
Warna Sungai
Warna Terminal
Warna Tuhan
Warna Usia
Warna Waktu

01:40
19.04.2017


Avianti Armand menulis, antara lain, kumpulan puisi Perempuan yang
Dihapus Namanya
(2010) dan Buku tentang Ruang (2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam Rindu oleh Joko Pinurbo

24 Desember 2016 Joko Pinurbo Malam Rindu Malam Minggu. Hatiku ketar-ketir. Ku tak tahu apakah demokrasi dapat mengantarku ke pelukanmu dengan cara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Sebelum Ahad tiba, anarki bisa saja muncul dari sebutir dengki atau sebongkah trauma, mengusik undang-undang dasar cinta, merongrong pancarindu di bibirku, dan aku gagal mengobarkan Sumpah Pemuda di bibirmu. (Jokpin, 2016) Pulang Rinduku yang penuh pecah di atas jalanan macet sebelum aku tiba di ambang ambungmu. Kegembiraanku sudah mudik duluan, aku menyusul kemudian. Judul sajakku sudah pulang duluan, baris-baris sajakku masih berbenah di perjalanan. Bau sambal dan ikan asin dari dapurmu membuai jidat yang capai, dompet yang pilu, dan punggung yang dicengkeram linu, uwuwuwu…. Semoga lekas lerai. Semoga lekas sampai. Jika nanti air mataku terbit di matamu dan air matamu terbenam di mataku, maaf selesai dan cinta kembali mulai. (Jokpin, 2016) Su

Kopi Koplo oleh Joko Pinurbo

Joko Pinurbo Kopi Koplo Kamu yakin yang kamu minum dari cangkir cantik itu kopi? Itu racun rindu yang mengandung aku. (Jokpin, 2018) Belajar Berdoa Enggak usah crigis. Mingkem saja dulu, bereskan hatimu yang amburadul. (Jokpin, 2018) Kakus Tega sekali kaujadikan dirimu yang wah kakus kumuh berwajah rumah ibadah. (Jokpin, 2018) Bonus Langit membagikan bonus air mata kepada pelanggan banjir yang setia. (Jokpin, 2018) Buku Hantu Untuk apa kamu menyita buku yang belum/tidak kamu baca? Untuk menghormati hantu tercinta. (Jokpin, 2018) Malam Minggu di Angkringan Telah kugelar hatiku yang jembar di tengah zaman yang kian sangar. Monggo lenggah menikmati langit yang kinclong, malam yang jingglang, lupakan politik yang bingar dan barbar. Mau minum kopi atau minum aku? Atau bersandarlah di punggungku yang hangat dan liberal sebelum punggungku berubah menjadi punggung negara yang dingin perkasa. (Jokpi