Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Afrizal Malna: meteran 2/3 jakarta

Afrizal Malna meteran 2/3 jakarta jakarta telah pergi dengan sebuah becak pagi itu. jadi nama sebuah hari dalam seminggu. hari itu. tahun 1957 dalam bilangan 2/3. sebuah hari. sesuatu hari. seorang hari. melihat seorang pagi berjalan, datang, dengan sisa mimpi dari kipas angin bekas. melangkah dari atas dan bawah. menyebar sebelum ke kiri. mengetuk pintu sebelum pemadam kebakaran memadamkan kata api. punggung siapa terlihat dari belakang? kota itu, jakarta, membawaku ke mana- mana di tempat yang sama. kadang seperti sungai. kadang seperti banjir. kerumunan angka yang terus berubah dalam batasnya. kail mengenakan sungai sebagai topengnya, antara makanan dan kematian: riak dan mulut ikan mujair menghirup oksigen, lipatan air dan suara setelah kail menyeret mulutnya. sebuah kampung dengan gang- gang sempit, menawarkan belok dan buntu dalam jual-beli impian. seseorang dengan suara dalam bau kretek, berusaha menjemur bayangan ibunya. ”ceritakan pada seseorang yang suda

oleh Marsten L Tarigan

26 Agustus 2017 Marsten L Tarigan Sirih, Petikan Sihir bagi Kami /1/ Jalan ini telah kami jajak hingga ke rendahnya, setelah bebatuan, hamparan pohon-pohon, alir air sungai belah dua. Kami temukan dirimu di seberang, pada batang kayu ulin, dirimu berpilin, melingkar, menjulur, adalah tambar malem dan daun-daun cakap lumat beruntun. Maka sesulur-dua sulur kami patahkan dirimu sebagai batang mati yang akan kami bawa pulang. Lantas akan kami bangkitkan kembali di halaman belakang rumah, di batang pohon kopi, atau apa saja yang dapat mengangkit jalarmu di hari-hari kemudian. Kami menanti dirimu tumbuh, sebagaimana maksud kami dalam upacara erpangir ku lau . Kami kunyah juga pedas getirmu bersama kapur, pinang, gambir, menyusutkan pening di kepala kami. Kami pilih selalu dirimu yang tanpa cacat cela, tulang daunmu yang kami baca sebagai pertanda hasrat menjemput tanah asal. /2/ Sirih ini kami petik dari rambatnya di lembah Tanah Karo, ketika matahari belu

Kuping Panci oleh Hasta Indriyana

19 Agustus 2017 Hasta Indriyana Kuping Panci 1. Setiap kali memegang gagang Kuping panci aku teringat Kunti Membaca mantra pada Batara Surya Kemudian Dari kupingnya lahirlah anak Sulung, senapati ulung Kurawa Yang tak mengenal lima adiknya Kemudian Di ujung sebuah sayembara ia Dibawa minggat Duryudana Menjadi raja di Angga Seusai mematahkan anak panah Yang dipelesatkan Arjuna Orang mengenalnya sebagai Pangeran sakti, anak sais pedati Yang lahir dari cuping kuping Kunti 2. Ketika panci diam Aku bayangkan Gendari memotong Segumpal daging menjadi seratus iris Memasukkannya lalu meniris Dalam bara bercampur seratus macam Bumbu dan garam Ibu yang gelap Menumbuhkan anak-anak gelap Yang gelagapan menghitung nasib Menimbang-nimbang kebaikan Nun, busur Arjuna melepas Memelesap anak panah Membujur ke langit Meluncur ke dada Kakaknya sendiri Dua ibu menangis Segala ibu bersedih menyaksikan Anak-anaknya tidur membujur Di medan tempur Tumpas d

ayam den indak lapeh oleh Alizar Tanjung

12 Agustus 2017 Alizar Tanjung ayam den indak lapeh kulepaskan ayamku, kutangkap kembali, kuikat kakinya, kutajamkan tajinya, kuusap-usap bulunya, kumasukkan dalam kandang, kuberi makan, kujentikkan jari, berkokok dia tujuh tingkat. sikua capang sikua capeh, sikua tabang sikua lapeh, tak kubiarkan lagi dia terbang, tak kubiarkan lagi dia lepas, kupotong ujung sayapnya, kukarang dengan tali sekeliling arena bermainnya, kulepas induk ayam di kandangnya. mana mungkin lagi bakal lurus jalan ke payakumbuh, mana mungkin lagi berbelok jalan ke andaleh, mana mungkin lagi mendaki jalan ke pandaisikek, mana lagi menurun jalan ke palupuah, mana lagi ada duduk termenung setiap sebentar, kututup semua pintu, kujaga ayamku. di luar ganas. beternak ayam di kandang sendiri saya gemar beternak ayam di kandang sendiri. kas, anak adik ibu, mengajari saya meraut betung dengan pisau bersepuh. memaku betung di empat sisi kandang. ”biar tak masuk angin buruk yan

Kumpulan Puisi Joko Pinurbo Diluncurkan

Langkan 7 Agustus 2017 Penyair Joko Pinurbo (55) meluncurkan buku kumpulan puisi terbarunya berjudul Buku Latihan Tidur ,Sabtu (5/8), di Toko Buku Gramedia Central Park Mall, Jakarta. Buku tersebut berisi 45 puisi karyanya sepanjang tahun 2014 sampai 2017 yang belum pernah dibukukan. Dalam acara itu, penyair Sapardi Djoko Damono dan Gratiagusti Chananya Rompas hadir dan tampil membacakan beberapa puisi dari buku ini. Musisi Oppie Andaresta juga menampilkan musikalisasi dari beberapa puisi. Sejumlah puisi Joko Pinurbo telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman. Namun, menurut Joko, hal istimewa dari buku Buku Latihan Tidur adalah beberapa puisi yang ia yakini tidak akan bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain tanpa kehilangan keindahannya. Kata ”arang” dan imbuhan ”me-” menjadi hal utama yang diangkat dalam puisi ”Dongeng Puisi”. Joko mengakui ada hal-hal khusus yang tergambarkan dalam puisi-puisi di Buku Latihan Tidur ,seperti perihal keberagaman dan situasi sosial be

Sonetarium oleh Arif Rizki

5 Agustus 2017 Arif Rizki Sonetarium Tak perlu tunggu aku di kalimat terakhir sajak ini. Aku tak berada di sana, dan tak ada di mana-mana. Aku telah mengakhiri diri sendiri jauh sebelum kata pertama. Sajak ini adalah balon yang lepas ke udara dari genggaman tangan kanak-kanak yang ditinggalkan ibunya. Jangan menangis dan tertawa bersama sajakku. Aku tak berada di sana dan kau sendirian belaka. Aku telah meninggalkan seseorang sebelum tunai mengantarnya. Sajak ini adalah tiket yang dirobek dua demi sebuah tujuan yang tak pernah direncanakan. Sementara pulang dan kembali tak pernah sepadan. Jangan tunggu aku di kalimat terakhir sajak ini. Aku tak bersembunyi di balik tanda baca. Mengertilah sebelum sampai tanda tanya, dan berhentilah sebelum tiba pada koma, karena aku tak berada di sana. Aku tak berada di sana. f/1.8 Aku tangkap kau dengan mata terbuka! Di hadapanmu, pupilku sempit dan lebar seketika. Sebagai sebuah kenangan, kau akan menjelma.