Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Zen Hae

Afrizal Malna: meteran 2/3 jakarta

Afrizal Malna meteran 2/3 jakarta jakarta telah pergi dengan sebuah becak pagi itu. jadi nama sebuah hari dalam seminggu. hari itu. tahun 1957 dalam bilangan 2/3. sebuah hari. sesuatu hari. seorang hari. melihat seorang pagi berjalan, datang, dengan sisa mimpi dari kipas angin bekas. melangkah dari atas dan bawah. menyebar sebelum ke kiri. mengetuk pintu sebelum pemadam kebakaran memadamkan kata api. punggung siapa terlihat dari belakang? kota itu, jakarta, membawaku ke mana- mana di tempat yang sama. kadang seperti sungai. kadang seperti banjir. kerumunan angka yang terus berubah dalam batasnya. kail mengenakan sungai sebagai topengnya, antara makanan dan kematian: riak dan mulut ikan mujair menghirup oksigen, lipatan air dan suara setelah kail menyeret mulutnya. sebuah kampung dengan gang- gang sempit, menawarkan belok dan buntu dalam jual-beli impian. seseorang dengan suara dalam bau kretek, berusaha menjemur bayangan ibunya. ”ceritakan pada seseorang yang suda

bahu batu oleh Zen Hae

20 Mei 2017 Zen Hae bahu batu ia sampai ke sebuah danau – setelah berlari kecil sembilan putaran, dari kanan ke kiri. ahlan! ia berlari kecil hingga seluruh jalan dan kedai, pelat reklame dan spanduk, juru rupa pemandangan, menyalin mimpi masa kanaknya: dunia segi empat 12 warna. ia berlari kecil hingga segala yang nyata oleh terang, bergetar, pelan-pelan menjauhinya, menabrak cakrawala. hingga segala yang silam menjerit-jerit dalam cengkeraman sepia, minta dikinikan. maka ia berhenti, memejam dengan dua tangan terentang. si kanan menata kembali letak benua dan arah angin, muasal bahasa, silsilah keluarga, jarak antara ekaliptus dan kayu manis, bunyi sumbang di sela merdu rima. si kiri – yang lebih pucat dari paras hantu jepun – membangkitkan kembali kapal kayu dan guci arak, kata belayar , pembakar loji, humus harum, pemetik gitar di hari hijau: ”dapatkah ketua menghidu harum buah kalam musafir lata?” pelan-pelan ujung kedua tangannya memanjang seraya matanya yang berjub