Langsung ke konten utama

Afrizal Malna: meteran 2/3 jakarta

Afrizal Malna meteran 2/3 jakarta jakarta telah pergi dengan sebuah becak pagi itu. jadi nama sebuah hari dalam seminggu. hari itu. tahun 1957 dalam bilangan 2/3. sebuah hari. sesuatu hari. seorang hari. melihat seorang pagi berjalan, datang, dengan sisa mimpi dari kipas angin bekas. melangkah dari atas dan bawah. menyebar sebelum ke kiri. mengetuk pintu sebelum pemadam kebakaran memadamkan kata api. punggung siapa terlihat dari belakang? kota itu, jakarta, membawaku ke mana- mana di tempat yang sama. kadang seperti sungai. kadang seperti banjir. kerumunan angka yang terus berubah dalam batasnya. kail mengenakan sungai sebagai topengnya, antara makanan dan kematian: riak dan mulut ikan mujair menghirup oksigen, lipatan air dan suara setelah kail menyeret mulutnya. sebuah kampung dengan gang- gang sempit, menawarkan belok dan buntu dalam jual-beli impian. seseorang dengan suara dalam bau kretek, berusaha menjemur bayangan ibunya. ”ceritakan pada seseorang yang suda

seseorang yang mengapung di atas tubuhku oleh Afrizal Malna

13 Januari 2018
AFRIZAL MALNA

seseorang yang mengapung di atas tubuhku
dia membuat sore dari sebuah rancangan busana

jahitan udara antara yang terbuka dan tertutup
guntingan pada bahu. kulit tropis di musim semi
buatlah aku dari air liur burung gereja
yang memberi minum anaknya, dan sebuah kamus
yang tak punya ancaman

jangan bercerita, ketika kupu-kupu terbang dalam suaramu
dan sebuah senja yang tak bisa dimasuki batas malam
tubuhnya mengapung di atas tubuhku
seperti laut pasang
bulan yang tergenang dalam cahayanya
buatlah aku kembali tidak mengerti apa itu takut
ketika menyusuri bibirmu, pelukan, yang meninggalkan senja
pada lampu jalan

sebuah kafe, belum tutup untuk seorang tamu
yang masih menyanyikan cinta. para pemusik
telah pergi meninggalkannya.
sebuah lagu elvis presley, fever,
link: https://youtu.be/dNsU5edolvk
seperti suara bibir dalam anggur merah

buatlah aku dari sebuah sudut malam
seolah-olah aku sedang menunggumu
di sebuah titik yang meledakkan garis pelarian
hingga aku tak tahu: sedang memeluk mayatku sendiri



sebuah pintu di depan pintu
aku seorang prajurit yang tidak mengenal
siapa komandanku
aku hanya menerima perintah
”rapat ke B rapat ke A. rapat.
kau adalah A atau B di antara C”

– sebuah ledakan di kampung melayu
– sebuah pameran evolusi busana
– pidato kebudayaan tentang bintang mati
– silsilah keluarga, hantu rumah sakit
– peternakan ayam untuk konsumsi kota

kau adalah A dengan wajah anti A
susunlah B dan C sebagai A dan tak tahu
mereka adalah A. ciptakan D sebagai lawan A
untuk menyaring seluruh anti A
targetnya: A adalah B

aku adalah A bukan B setelah C
intinya ”ABC” tutup semua jendela. tutup
semua pintu. tutup hantu etimologi
topeng alfabet dalam viral riwayatmu



arsip kegelapan
dia meninggalkan kakinya di luar untuk berjalan ke dalam: ginjal, empedu, jantung, sebuah ruang tamu dan seseorang
yang tak pernah ada
. dia meninggalkan kepalanya di dalam untuk berjalan ke luar: lemari, bantal dengan sisa rambut,sabun mandi dan bau sperma dari tubuh yang tak pernah ada. bagaimanakah ruang bekerja antara batas dan objek-objek, dan sebuah badai yang mencari di mana arsip sinar matahari tersimpan.
¬
masuk dan keluar lagi. pintunya tertinggal di tempat tukang servis radio. gelombangnya mencari lagu-lagu kenangan. aku-
lirik yang pingsan dalam sebuah buku kritik sastra tentang seseorang yang tak pernah ada. kilometer-kilometer telah
berlalu, bangkai waktu dalam sebuah kecelakaan lalu-lintas.

para pencuri masuk ke dalam perpustakaan, mencuri arsip, menggantinya dengan tisu. mereka menemukan aku-lirik yang sekarat dalam perpustakaan:
”beri aku bahasa
beri aku bahasa
untuk bernafas.”
jari-jari tangan mereka tertinggal dalam mesin tik tua. tata bahasa berlalu, lidahnya bengkak oleh huruf-huruf kapital yang cerewet tentang kata-kata yang tak pernah ada

dia berjalan ke dalam melalui jalan ke luar:
ladang kuburan arsip dalam kegelapan
di jendela pesawat

telah lama aku menunggumu
terlalu lama
sebelum kamu datang
sebuah mobil terbakar menuju bandara
bau besi hangus

apakah kematianku juga tak ada gunanya

rasa perih pada betis. kaki menjelang berdiri
otot kehilangan berbaring
tubuhku telah berhenti sebelum kamu datang
dan kamu memang tak pernah datang
sebagai kamu yang tak pernah ada
matahari akan bersinar lagi besok pagi
cerah. hangat. angin tipis
awan putih dan langit biru

kembang api di malam tahun baru
link: https://youtu.be/-pMlDnrZCYw

buat Kedung Darma Romansha

ia bertanya kepada ”siapakah”
yang telah mengarang tubuhnya di panggung ini
panjang rambutnya melebihi
batas kau bisa mengukur merunduknya padi
menjelang panen. seorang aku-lirik mabuk
dalam bau kematian yang membiusnya
dia mencari tubuh-puisi yang lain – dan dia pikir
– itu sejenis luka pada tanda baca. siapakah namamu?
(ayo, bos, sawernya mana)
tatapannya: membakar untuk setiap lelaki padam
dari setiap gesekan padang pemburuan
uang, kejantanan yang goyah, cinta yang liar
dalam mikrofon setelah panen

dia seorang utami, suaranya berongga
tempat kau bisa menghilang tanpa frekuensi
(terima kasih, sawer lagi dong, bos)
sebuah tawaran politik di bawah tangan
setelah panen, dan jerami dalam kenangan hutang keluarga
dia seorang dewi, suaranya adalah:
kau akan gagal menatapku dengan kekuasaan
ia menggerakkan pinggulnya di atas ujung telapak kakinya
(goyang dong). dan seekor kuda berlari
jejak-jejak keringat melekat di lehernya
menembus rahasia sebuah hutan
dia seorang penyanyi:

kau tawar-tawar
cinta (siapa) – rindu (siapa)
(link: https://youtu.be/oFJObnoTIug)

ada apa ini? lelaki saling mengejar, memukul
seperti kawanan hewan yang merobek rumah
ia memanggil lelaki seperti anak ayam untuk makan
ladang kecantikan seorang dewi di atas pantura yang demam
dan mereka menciumi tangannya, perempuan suci
nyai ronggeng dan cahaya malam dari tubuhnya
petani antara harga beras dan tanah
antara desa yang runtuh dalam spiker


(hamlet)

buat Imas Darsih, sutradara Miss Tjitjih
setelah pertunjukan hamlet dalam bahasa Sunda

koper itu telah terbuka
bau perjalanan bersarang dalam handuk lembab
matahari jam 9 pagi, rima dari sinar hangat
(pagi)
bau ikan asin dari penggorengan
batas antara bibir dan hantu-hantu kenangan
jemari tanganku sudah tak merasakan lagi
– rokok masih menyala yang kuhisap
(lepas):
bagaimanakah
bagaimanakah
bagaimanakah? membedakan
tubuh kekasih dan tubuh seorang ibu. bau yang telanjang
rute yang tidak pernah sama untuk
memelukmu: tutorial tentang cinta dan rahasia
di tangan para penjaga malam yang malam

asap tembakau keluar dari dalam koper
mengurai merkuri dari racun kenangan
tentang homo habilis
mereka sedang menghisapnya:
– KTP
– paspor
– kartu nikah
– potongan pajak puisi
– NPWP
– ATM dan sikat gigi
– (? )

koper. beri aku visa, koper
(hutan telah terbakar di depan istana)
singgasana yang cerewet dalam bau darah
Adegan yang Disensor:
– hamlet keluar dari pintu belakang/
– tapi dia juga keluar dari pintu depan/
– dia masuk lagi ke dalam yang di luar/

beri aku visa
: untuk pulang ke dalam rumah sendiri


di jendela pesawat 
telah lama aku menunggumu
terlalu lama
sebelum kamu datang 
sebuah mobil terbakar menuju bandara
bau besi hangus
apakah kematianku juga tak ada gunanya
rasa perih pada betis. kaki menjelang berdiri
otot kehilangan berbaring
tubuhku telah berhenti sebelum kamu datang 
dan kamu memang tak pernah datang
sebagai kamu yang tak pernah ada
matahari akan bersinar lagi besok pagi
cerah. hangat. angin tipis
awan putih dan langit biru
kembang api di malam tahun baru
link: https://youtu.be/-pMlDnrZCYw


sudah malam, kau tidak lelah?
buat Kedung Darma Romansha
ia bertanya kepada ”siapakah” 
yang telah mengarang tubuhnya di panggung ini
panjang rambutnya melebihi
batas kau bisa mengukur merunduknya padi
menjelang panen. seorang aku-lirik mabuk
dalam bau kematian yang membiusnya
dia mencari tubuh-puisi yang lain – dan dia pikir
– itu sejenis luka pada tanda baca. siapakah namamu?
(ayo, bos, sawernya mana)
tatapannya: membakar untuk setiap lelaki padam
dari setiap gesekan padang pemburuan
uang, kejantanan yang goyah, cinta yang liar
dalam mikrofon setelah panen
dia seorang utami, suaranya berongga
tempat kau bisa menghilang tanpa frekuensi
– (terima kasih, sawer lagi dong, bos)
sebuah tawaran politik di bawah tangan
setelah panen, dan jerami dalam kenangan hutang keluarga
dia seorang dewi, suaranya adalah:
kau akan gagal menatapku dengan kekuasaan
ia menggerakkan pinggulnya di atas ujung telapak kakinya
– (goyang dong). dan seekor kuda berlari
jejak-jejak keringat melekat di lehernya
menembus rahasia sebuah hutan
dia seorang penyanyi:
kau tawar-tawar
cinta (siapa) – rindu (siapa)
(link: https://youtu.be/oFJObnoTIug)
ada apa ini? lelaki saling mengejar, memukul 
seperti kawanan hewan yang merobek rumah
ia memanggil lelaki seperti anak ayam untuk makan
ladang kecantikan seorang dewi di atas pantura yang demam 
dan mereka menciumi tangannya, perempuan suci 
nyai ronggeng dan cahaya malam dari tubuhnya 
petani antara harga beras dan tanah
antara desa yang runtuh dalam spiker

Afrizal Malna kini kian tidak tahu batas-batas puisi. Merasa lebih bekerja sebagai seorang ”bekas penyair”; membuat jejaring lain antara irisan-irisan imaji, tanda baca, dan bahasa sebagai elemen imaterial dalam ruang tipografi tata letak. Pada Batas Setiap Masa Kini (2017) adalah buku mutakhirnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam Rindu oleh Joko Pinurbo

24 Desember 2016 Joko Pinurbo Malam Rindu Malam Minggu. Hatiku ketar-ketir. Ku tak tahu apakah demokrasi dapat mengantarku ke pelukanmu dengan cara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Sebelum Ahad tiba, anarki bisa saja muncul dari sebutir dengki atau sebongkah trauma, mengusik undang-undang dasar cinta, merongrong pancarindu di bibirku, dan aku gagal mengobarkan Sumpah Pemuda di bibirmu. (Jokpin, 2016) Pulang Rinduku yang penuh pecah di atas jalanan macet sebelum aku tiba di ambang ambungmu. Kegembiraanku sudah mudik duluan, aku menyusul kemudian. Judul sajakku sudah pulang duluan, baris-baris sajakku masih berbenah di perjalanan. Bau sambal dan ikan asin dari dapurmu membuai jidat yang capai, dompet yang pilu, dan punggung yang dicengkeram linu, uwuwuwu…. Semoga lekas lerai. Semoga lekas sampai. Jika nanti air mataku terbit di matamu dan air matamu terbenam di mataku, maaf selesai dan cinta kembali mulai. (Jokpin, 2016) Su

Malam oleh Avianti Armand

6 Mei 2017 Avianti Armand Malam – untuk Ibu Seperti ini aku akan mengingat malam: Ayahku terbang setelah gelap dengan deru besi seperti derap dan ia belum akan pulang sampai aku pergi nanti. Kata ibuku: Kehilangan adalah jarak yang terlalu jauh. __ Adikku takut pada bayangannya, maka kami meninggalkannya di luar. Tapi menjelang tidur, bayangan itu kesepian dan meraih jendela – Tok. Tok. Tok. Di bawah selimut, kami bersembunyi. ”Apa dia akan mengambilku?” tanya adikku. Tok. Tok. Tok. ”Tidak.” ”Apakah ia akan menciumku?” Tok. Tok. Tok. ”Ia akan menciummu.” __ Tidur, ibu. Malam sudah menyimpan yang ingin kita lupakan. Juga rahasia yang melahirkan kita. 21:17 13.12.2016 Gravitasi Hari ini kita akan berjalan dan menjelma gema badai pasir – Seorang lelaki menyentuhkan ujung jarinya ke tanah yang memanggil namanya dan mengingatkan ia tentang asal dan takdirnya. Sesudah itu, ia akan tinggal. Tapi kita akan terus berjalan. 16

Kopi Koplo oleh Joko Pinurbo

Joko Pinurbo Kopi Koplo Kamu yakin yang kamu minum dari cangkir cantik itu kopi? Itu racun rindu yang mengandung aku. (Jokpin, 2018) Belajar Berdoa Enggak usah crigis. Mingkem saja dulu, bereskan hatimu yang amburadul. (Jokpin, 2018) Kakus Tega sekali kaujadikan dirimu yang wah kakus kumuh berwajah rumah ibadah. (Jokpin, 2018) Bonus Langit membagikan bonus air mata kepada pelanggan banjir yang setia. (Jokpin, 2018) Buku Hantu Untuk apa kamu menyita buku yang belum/tidak kamu baca? Untuk menghormati hantu tercinta. (Jokpin, 2018) Malam Minggu di Angkringan Telah kugelar hatiku yang jembar di tengah zaman yang kian sangar. Monggo lenggah menikmati langit yang kinclong, malam yang jingglang, lupakan politik yang bingar dan barbar. Mau minum kopi atau minum aku? Atau bersandarlah di punggungku yang hangat dan liberal sebelum punggungku berubah menjadi punggung negara yang dingin perkasa. (Jokpi